Senin, 11 Mei 2015

Pagelaran Seni Kabupaten Tuban


Pada tanggal 08 Mei 2015 UPT Taman Budaya Jawa Timur kembali mengadakan pagelaran seni budaya, untuk kali ini berasal dari Kabupaten Tuban. Seperti biasa, saya menghadiri pada hari pertama dan menyaksikan secara langsung pembukaan acara yang dimulai pada pukul 20.00 WIB. Pada acara kali ini ada hal yang berbeda, pihak UPT Taman Budaya Jawa Timur memberikan kuesioner pada pengunjung untuk memberikan penilaian terhadap acara yang diselenggarakan tersebut.

Foto Kuesioner

Para pengunjung depan panggung

Acara dibuka dengan kesenian musik khas Tuban.Selain itu juga menampilkan tarian khas Tuban yang memiliki filosofi sebagai penyambutan / pembuka acara, tarian disajikan dengan sangat indah dan gemulai. Pembukaan acara ini dihadiri oleh beberapa petinggi daerah dan juga ada beberapa mahasiswa asing yang turut menikmati acara pada malam itu.




Kegiatan pagelaran seni budaya ini tidak hanya menampilkan kesenian – kesenian daerah miliki Kabupaten Tuban, dengan kerjasama pemerintah daerah beserta dinas pariwisata menampilkan potensi lokal melalui produk – produk unggulan yang dimilikinya. Setiap ada kegiatan pagelaran seni selalu dihadirkan stand – stand khusus produk unggulan yang dikelolah oleh masyarakat setempat. Kali ini lebih banyak menampilkan kerajinan khas, beberapa stand produk makanan, dan ada pula batik khas Tuban. Namun, pada acara pembukaan ini banyak stand yang terlihat sepi dibandingkan dengan acara – acara dari daerah sebelumnya. Yang menarik lagi terdapat stand khusus informasi terkait Kab. Tuban dan ada beberapa orang duta wisata dari Tuban membagikan informasi lokal Kab.Tuban





Acara seperti ini saya rasa sangat bagus untuk mengenalkan potensi lokal dari setiap daerah yang ada di Jawa Timur karena memeberikan dampak positif. Baik bagi warga daerah asal yang dapat memperkenalkan budayanya dan juga bagi warga Surabaya bisa mengenal lebih dekat mengenai daerah – daerah lainnya.




Senin, 20 April 2015

Banyuwangi Sunrise of Java

Kali ini pada tanggal 17 – 18 April 2015 UPT Taman Budaya Jawa Timur mengadakan pagelaran seni budaya dari Kabupaten Banyuwangi  bertajuk “Banyuwangi Sunrise of Java”. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, dimulai pada tanggal 17 April beragendakan pembukaan acara yang dihadiri oleh para petinggi daerah dan beberapa tamu undangan termasuk para ekspratriat yang hadih di acara tersebut.  Acar dimulai sekitar pukul 19.30 dibuka dengan kesenian patrol khas Banyuwangi. Kesenian patrol ini dimainkan oleh satu regu laki – laki yang memainkan musik dari kentongan bambu, musik patrol ini identik dengan suasana ramadhan namun lama kelamaan menjadi musik khas Kabupaten Banyuwangi. Selain itu juga menampilkan tarian khas banyuwangi yaitu Bedaya Nyungsung Dayoh.


Musik patrol khas Banyuwangi

Tari Bedaya Nyungsung Dayoh.
Tari Bedaya Nyungsung Dayoh.

Kegiatan pagelaran seni budaya ini tidak hanya menampilkan kesenian – kesenian daerah miliki Kabupaten Banyuwangi, namun pemerintah daerah beserta dinas pariwisata menampilkan potensi lokal melalui produk – produk unggulan yang dimilikinya. Setiap ada kegiatan pagelaran seni selalu dihadirkan stand – stand khusus produk unggulan yang dikelolah oleh masyarakat setempat. Kali ini lebih banyak menampilkan kerajinan khas, makanan, dan ada pula batik khas Banyuwangi. Stand pameran ini banyak dikunjungi oleh orang – orang yang tertarik dengan potensi lokal daerah Banyuwangi. Bahkan ada beberapa yang membelinya topi adat sebagai cindera mata. 

Cindera mata khas Banyuwangi

Disela acara saya tertarik dan sempat mewawancarai beberapa warga Banyuwangi yang membuka stand di acara tersebut mengenai batik khas yang dipamerkan. Para pemilik stand dengan ramah menjelaskan cirikhas dari batik yang dipamerkan, yaitu gambar “gajah Oleng”. Arti dari Gajah yang berarti besar dan oleng berarti selalu diingat atau dikenang. Mereka dengan penuh rasa bangga memameran produk – produk unggulan mereka yang telah dipilih oleh pemerintah setempat dibawa ke Surabaya. Pemilik stand juga tidak segan – segan mempersilahkan untuk melihat produk batik secara lebih dekat dan memberikan informasi harga, batik tulis dijual dengan harga berkisar Rp 400.000,-, sedangkan semi tulis dijual kisaran Rp 150.000,00 – 175.000,00.
(foto batik)
Kain batik motif Gajah Oleng dan topi tradisional Banyuwangi

Acara seperti ini saya rasa sangat bagus untuk mengenal potensi lokal dari setiap daerah yang ada di Jawa Timur karena memeberikan dampak positif. Baik bagi warga daerah asal yang dapat memperkenalkan budayanya dan juga bagi warga Surabaya bisa mengenal lebih dekat mengenai daerah – daerah lainnya. 






Senin, 16 Maret 2015

PANJI DALAM PERTUNJUKAN WAYANG

Pada tulisan sebelumnya, saya telah mengulas mengenai cerita Panji dalambentuk seni pertunjukkan. Namun kali ini saya akan mengulas mengenai cerita Panji dalam bentuk Wayang. Pada hari Jumat 13 Maret dan Sabtu 14 Maret 2015 kelas elective panji kedatangan dosen Tamu yang berprofesi sebagai Pendeta namun memiliki hobi mendalang, beliau adalah Ki Lukas E. Sukoco. Asalmula beliau mendalami hobi dalang berasal dari keturunan dalam keluarganya, sang kakek berprofesi sebagai dalang dan sang ayah pun berprofesi sebagai dalang. Ki Lukas E. Sukoco sangat mencintai dan ingin melestarikan budaya Jawa dengan mempelajari tentang wayang dan mendalang.  Dalam pertemuan dengan Ki Lukas E. Sukoco memberikan banyak informasi baru tentang dunia wayang dan sekaligus membuka ketertarikan anak muda terhadap kesenian ini.

Dalam dunia kesenian wayang, wayang Panji ini diangkat dari cerita serat Panji yang telah populer seperti kisah Andhe – Andhe Lumut. Dijelaskan oleh Ki Lukas E.Sukoco bahwa Andhe – Andhe Lumut merupakan nama samaran dari Panji Inu Kertapati. Kata dasar dari Wayang yang berarti bayangan, yang dalam filosofinya merupakan cerminan dari sifat – sifat yang ada dalam diri manusia, sifat – sifat tersebut antara lain angkara murka, kebajikan, serakan, dan sebagainya. Wayang dimainkan oleh seoran dalang yang berfungsi sebagai pengatur jalannya cerita secara keseluruhan. Ki Lukas E.Sukoco juga menjelaskan beberapa jenis wayang yang dimainkan dengan mengambil cerita dari serat Panji.
Seni gerak dalam wayang disebut dengan sabetan, gerak wayang ini meliputi menyembah, berjalan, berlari, menari, terbang, dan perang. Gerak wayang sendiri berprinsip pada status sosial maupun usia tua atau muda. Prinsip gerakan wayang ada 3, diantaranya :
·         Wiraga (benar dan tepatnya action dalam gerak)
·         Wirasa (benar dan tepatnya dalam penghayatan gerak)
·         Wirama (benar dan tepatnya irama dalam gerak)

Wayang Beber mulai muncul dan berkembang pada masa Majapahit (Pra-Islam), saat ini masih dapat ditemui di daerah Pacitan dan Wonosari. Sebutan Wayang Beber ini dikarenakan bentuknya yang berupa lembaran, dalam pertunjukan Wayang Beber ini masih memiliki hawa magis yang kuat karena pada proses pagelarannya dimulai dengan ritual khusus untuk menghormati leluhur. Dan yang membuat hawa magis ini lebih terasa disetiap pagelarannya ada bagian lembar wayang yang tidak boleh dibuka atau dipertontonkan. Wayang beber hanya boleh dipegang dan dimainkan secara turun temurun dan tidak boleh dipegang oleh orang yang berasal dari keturunan lain (diluar garis keturunan). 

Wayang Beber Pacitan

Wayang Gedog merupakan wayang yang mirip dengan wayang purwa menggunakan cerita dari serat Panji. Disebut dengan Wayang Gedog karena Onomatopae atau penamaan berdasarkan suara / bunyi. Sebutan Gedog sendiri dalam bahasa Jawa berarti gedogan jaran, hal tersebut karena dalam cerita panji banyak unsur kuda yang melambangkan sebagai kesatria. Wayang gedog ini juga masih ada kaitannya dengan cerita Damarwulan, karena dalam cerita tersebut profesi awal Damarwulan memelihara kuda, unsur kuda ini lah yang dianggap memiliki kaitan. Wayang Gedog ini memiliki keistimewaan, yaitu hanya boleh dipertontonkan pada kalangan keraton saja tidak untuk detampilkan pada kalangan umum. 

Wayang Gedog

Bentuk wayang lainnya ada Wayang krucil yang khas dari Kab. Ngawi, wayang ini terbuat dari bahan kulit dan berukuran kecil. Dalam perkembangannya, wayang ini berbentuk dua dimensi sehingga para penonton dapat menyaksikan wayang ini dari arah depan maupun belakang.  Sedangkan Wayang Klithik berbentuk pipih seperti wayang kulit, mirip dengan boneka namun berbeda dengan wayang golek. Ki Lukas E.Sukoco juga memberikan penjelasan mengenai seni musik yang telah banyak beredar di masyarakat dengan tema cerita – cerita Panji. Hal tersebut merupakan ide – ide bisnis yang baik karena dianggap mampu memeprluas pasar dan mempertahankan budaya asli Jawa Timur.
  
Wayang Klithik

Senin, 09 Maret 2015

Sharing Budaya Panji Dalam Seni Pertunjukan Bersama Bapak Heri "Lentho" Prasetyo


Pada hari Jumat 6 Maret 2015, mata kuliah elective Panji mendatangkan dosen tamu dari luar institusi yang berpengalaman dalam dunia seni serta memahami cerita Panji dalam bentuk pertunjukan. Bapak Heri Prasetyo atau yang biasa dikenal sebagai Heri Lentho, bapak Heri merupakan orang yang banyak memiliki prestasi diantaranya penggagas G-Walk Fest & Festival Seni Surabaya, serta mendapatkan penghargaan dari Menteri Pariwisata 2015 kategori Seniman Pertunjukan Terbaik Indonesia. Dalam pertemuan dengan bapak Heri banyak memberi wawasan serta informasi baru yang belum pernah saya dengar berkaitan dengan ceri Panji dalam seni pertunjukan. Bapak Heri menceritakan asal mula mengapa beliau bisa mencintai Budaya Panji yang asli dari Jawa Timur serta membangun kembali kepopuleran cerita Panji melalui bentuk seni pertunjukan.
Sumber gambar : http://ihtb.uc.ac.id/panji/

Sumber gambar : http://ihtb.uc.ac.id/panji/

Dalam kisah Panji sendiri memiliki dua tokoh utama yakni Panji Inu Kertapati dan Candrakirana atau disebut juga Sekartaji. Asal mulanya bapak Heri tidak menyukai apa itu Cerita Panji, namun suatu ketika beliau membaca buku tentang kisah Candrakirana / Sekartaji dan akhirnya jatuh hati pada kisahnya. Setelah membaca cerita tersebut bapak Heri akhirnya menggagas seni pertunjukan yang bertema Panji dan membangun kepopuleran kisahnya, selain itu beliau secara pribadi sangat fanatik terhadap budaya Jawa Timur maka beliau terpikirlah bahwa kisah Panji ini adalah budaya asli Jawa Timur yang harus dilestarikan.  Program peertama yang digagas adalah “Revitalisasi Budaya Panji”, kegiatan serupa tidak hanya terjadi di Indonesia saja namun tema – tema seni festifal di dunia juga mengarah pada kesenian tradisi.

“Globalisasi membuat gaya hidup manusia sama, sedangkan seni budaya tradisi menjadi penting karena pembeda suatu bangsa” kutipan dari Tadashi Suzuki seorang sutradara teater dari Toga Jepang yang pernah ditemui oleh bapak Heri. Bapak Heri juga menjelaskan bahwa globalisasi membuat kita semua sama baik itu kebiasaan maupun bahasa, namun hanya tradisi atau sejarah yang membedakan antara negara yang satu dengan yang lain. Dari penjelasan tersebut bapak Heri memberikan  wawasan baru bahwa generasi muda saat ini berpotensi dalam pelestarian budaya Panji, salah satu metodenya yakni dengan pembelajaran dikelas seperti yang saya lakukan saat ini.

Cerita Panji dalam seni pertunjukkan banyak macam diataranya dongeng, wayang beber, ketoprak, ludruk, sendratari bahkan juga dalam bentuk teater modern dan opera musik. Dalam seni pertunjukan Panji terdapat beberapa simbol yang harus dikenali yakni warna hijau yang merupakan simbol alam  semesta, warna putih yang berarti mendekatkan dengan Sang Pencipta. Bapak heri memberikan ilmu baru dalam pengerjaan seni tentang cerita Panji yang dibagi dalam tiga unsur yakni konsep dan nilai, aktivitas yang berkaitan dengan penggalian ide cerita, kreativitas penyajian, dsb. Selain itu juga produk yang ditunjukkan juga memiliki tujuan lain selain penikmatan estetis diataranya pemanfaatan dalam pendidikan, kerohanian, maupun pengembangan masyarakat. Dalam menampilkan seni juga harus memiliki terobosan baru sebagai seni pertunjukan organik (enak dipandang, enak didengar) dan terdapat unsur tepa slira (saling menghargai).


Senin, 23 Februari 2015

Kridhaning Budaya Bumi Anjuk Ladang


Pada tangga 13 – 14 Februari 2015 diadakan pagelaran seni budaya daerah yang bertempat di UPT Taman Budaya Jawa Timur Surabaya. UPT Taman Budaya Jawa Timur sering mengadakan pagelaran seni budaya dan sudah memiliki jadwal – jadwal tertentu. Pagelaran seni budaya yang ditampilkan berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur. Kali ini UPT Taman Budaya Jawa Timur mengusung budaya dari Kabupaten Nganjuk.
Kegiatan pagelaran seni budaya ini berlangsung selama 2 hari, diawali dengan pembukaan acara pada tanggal 13 Februari 2015 pukul 20.00. Pada acara pembukaan ini  banyak tamu undangan yang hadir tidak hanya dari kalangan pejabat daerah setempat namun juga dari institusi pendidikan. Acara diawali dengan pertunjukan tari khas Nganjuk sebagai pembuka acara.

Suasana Penonton 

Tari Pembuka Acara
Pagelaran seni budaya dari Nganjuk dapat dilihat setiap tahun sesuai dengan jadwal yang dapat diperoleh dari agenda UPT Taman Budaya Jawa Timur.Kegiatan pagelaran seni budaya ini tidak hanya menampilkan kesenian – kesenian daerah miliki Kabupaten Nganjuk, namun pemerintah daerah beserta dinas pariwisata menampilkan potensi lokal melalui produk – produk unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Nganjuk. Setiap ada kegiatan pagelaran seni selalu dihadirkan stand – stand khusus produk unggulan yang dikelolah oleh masyarakat Kabupaten Nganjuk sendiri.




Disela acara saya tertarik dan sempat mewawancarai beberapa warga Nganjuk yang membuka stand di acara tersebut mengenai efek yang dirasakan dengan adanya pagelaran seni budaya dari daerah asal mereka. Para pemilik stand mengaku senang dengan adanya acara ini sekaligus bangga terhadap daerah mereka. Rasa bangga mereka juga dikarenakan pameran produk – produk unggulan mereka dipilih oleh pemerintah setempat dibawa ke Surabaya. Karena tidak semua UMKM Kabupaten Nganjuk hadir di acara tersebut, maka para pemilik stand merasa produk mereka baik dan layak untuk di promosikan. Pemilik stand juga tidak segan – segan memberi tester produk mereka pada setiap calon pembeli yang datang, hal ini menunjukkan bahwa produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang layak untuk dinikmati.
Selain itu para pemilik stand merasakan efek positif dari acara ini, tidak hanya sekedar memperkenalkan produk namun juga dapat meningkatkan omset dari hasil penjualan sekitar 20-30% dari hari biasanya. Para pemilik stand telah mengikuti pameran ini secara berturut – turut setiap tahun, sehingga beberapa memiliki pelanggan tetap yang datang mencari dan membeli produk. Ada pula konsumen yang memanfaat waktu ini untuk memborong produk unggulan mereka sebagai oleh – oleh bagai sanak famili tanpa jauh – jauh pergi ke Nganjuk. Manfaat yang dirasakan juga tidak sekedar peningkatan omset bagi produk mereka, para pemilik stand juga merasakan dampak sosial dari acara ini yaitu mereka jadi menambah relasi baru, konsumen baru, dan interaksi antarsesama penjaga stand. Dengan begitu mereka mendapat jalan untuk memperluas pasar.


Jumat, 13 Februari 2015

Novel Spring In London

Judul                   : Spring In London
Pengarang           : Ilana Tan
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit        : 2010

ISBN                  : 978-979-22-5376-4
Sumber gambar   : https://www.google.com/

·        Isi Novel :
Novel ini merukapan karangan fiksi dari Ilana Tan, sesuai dengan judul, novel ini mengambil setting tempat di London dan beberapa sudut menarik dissana. Menceritakan kisah pertemanan namun ada rasa trauma akan masa lalu yang pernah dialami. Novel ini dikemas dengan penulisan yang ringan dan santai bagi pembaca.
·         Sasaran Pembaca :
Novel ini ditujukan untuk masyarakat luas, khususnya pada remaja. Karena ceritanya yang bergenre romance dan biasa dialami dalam kehidupan sehari - hari.
·         Sinopsis Novel :                                                            
Novel ini awalnya menceritakan tentang kisah pertemanan antara Naomi Ishida yang berprofesi sebagai seorang Model di Jepang dan kemudian berkarir di London, Jo In-Ho atau lebih dikenal dengan nama Danny Jo juga seorang modl terkenal asal Korea namun datang ke London beberapa kali untuk bekerja disebuah rumah produksi demi menggapai keinginannya sebagai sutradara. Pertemuan Naomi Ishida dan Danny Jo berawal saat mereka menjadi model video clip lagu milik teman Danny, penyanyi terkenal asal Korea Jung Tae-Woo. Perkenalan mereka pertama kali saat menjalani syuting video clip di Hyde Park, salah satu taman yang terkenal di London.
Namun saat pertemuan pertama Naomi hanya memberikan reaksi kaget dan gugup melihat Danny.Selama menjalani kegiatan syuting Danny selalu bersikap baik pada Naomi karena menganggap wajar sebagai teman, namun Naomi yang cenderung menghindarinya. Danny selalu mencoba untuk mendekati Naomi karena ia heran dengan sorot mata Naomi yang terpancar setiap Naomi melihatnya. Lambat laun tidak ada lagi pancaran ketakutan dari mata Naomi dan juga tidak menghindarinya lagi.
Pertemanan mereka berjalan dengan wajar dan semua terasa menyenangkan. Hingga suatu ketika Danny bertemu dengan teman lama kakaknya. Kakak Danny telah meninggal karena kecelakaan di Tokyo, Jepang. Kim Dong-Min nama dari teman kakak Dany, ia menceritakan tentang hal buruk yang dilakuakan kakak Dany pada Naomi. Hingga akhirnya Dany mengerti dengan sikap Naomi yang selalu gugup dan ketakutan denggannya di awal pertemuan.
Setelah Dany mengetahui tentang masa lalu Naomi, mereka memetuskan untuk berpisah selama 2 tahun kembali ke negera asal masing – masing. Keputusan itu dilakukan karena masing – masing ingin menyelaikan sebuah masalah yang ada pada diri mereka. Setelah selang 2 tahun, mereka dipertemukan kembali dlaam sebuah project photoshoot sebagai model untuk design pakain milik kakak Danny. Dan mereka merasa bahagia karena dapat bertemu kembali setelah setelah saling menunggu dan berpisah selama 2 tahun.

Senin, 09 Februari 2015

Nama lain Sam Poo Kong


Jika anda ingin berlibur dengan merasakan suasana seperti di Negeri Cina, tidak perlu jauh - jauh untuk mendapatkan hal itu. Anda dapat pergi ke Semarang jika ingin merasakan suasana seperti Negeri CIna. Pertama kali saya mengunjungi Kota Semarang pada tahun 2012, ketika mengunjungi suatu kota pasti tempat wisata adalah tujuan utamanya. Lokasi wisata yang dituju terletak di Simongan Raya no.129 sebelah barat daya kota Semarang, ketika sampai di tempat yang dituju setiap wisatawan yang berkunjung akan disambut dengan pagar tinggi yang didominasi warna merah beserta dua naga diatasnya, dan tertera nama tempat yang dikunjungi adalah Sam Poo Kong.  Ketika mulai memasuki area dalam, komplek bangunannya didominasi oleh warna merah beserta corak khas dari Negeri Tiongkok. Wisatawan yang datang dengan grup akan disambut oleh pemandu dari Sam Poo kong, pemandu mulai memperkenalkan diri dan kemudian dilanjutkan dengan menceritakan sejarah awal dari tempat ini.
Sam Poo Kong adalah komplek bangunan yang dedikasikan untuk Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang saudagar dari Negeri Tiongkok yang        datang ke Semarang dalam hal menyampaikan ajaran Isam dengan misi perdamaian yang dibawanya. Dalam komplek bangunan ini terdapat halaman yang sangat luas ditengah, halaman tersebut biasa digunakan untuk seni pertunjukan yang diadakan pada tanggal – tanggal tertentu. Para wisatawan  yang datang kesana tidak hanya sekedar menikmati arsitektur namun juga dapat berfoto dengan kostum tradisional kerajaan, tarif yang dikenakan untuk menyewa kostum bervariasi sesuai dengan jenis dan ukuran, tarif yang dikenakan tentu sudah termasuk dengan hasil foto.
Selain itu terdapat beberapa bangunan didalamnnya, diantaranya kuil yang masih aktif digunakan untuk sembahyangan. Kuil yang masih aktif ini dipagar keliling agar tidak sembarang orang memasuki bangunan tersebut, hanya khusus untuk orang yang akan melakukan sembahyang. 
foto kuil tampak depan

Foto kuil tampak samping

Selain itu bangunan lainnya yang berlokasi bersebelahan dengan kuil tersebut adalah masjid yang masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat muslim, ada pemberlakuan aturan – aturan tertentu bagi wisatawan yang akan masuk kesana diantaranya wajib melepaskan alas kaki ketika masuk, menjaga ketenangan suasana, dan sebagainya. Komplek bangunan di Sam Poo Kong ini semakin diperkuat dengan adanya patung – patung disekitar bangunan, yang utama adalah patung replika dari Laksamana Cheng Ho yang berada di sebelah bangunan masjid. 


Foto Masjid tampak depan

Foto patung Laksamana Cheng Ho

Sebenarnya bangunan inti di area tersebut adalah sebuah goa batu yang dulunya digunakan oleh Laksamana Cheng Ho sebagai markas, namun sekarang gua tersebut telah dipugar kembali oleh masyarakat setempat. Karena di goa tersebut menyimpan sejarah tentang Laksama Cheng Ho , maka tempat ini tidak hanya dikenal dengan sebutan Sam Poo Kong namun juga dikenal sebagai Klenteng Goa Batu.
Untuk menuju Sam Poo Kong atau Klenteng Goa Batu ini dapat ditempuh dengan sepeda motor, kendaraan pribadi ataupun bus pariwisata memakan waktu sekitar 15 menit dengan menempuh jarak kurang lebih 3,5 km dari pusat Kota Semarang. Tidak memerlukan biaya khusus untuk datang kesini karena bebas tarif masuk bagi wisatawan. Datang kesini tidak hanya sekedar jalan – jalan namun juga merupakan salah satu cara menghargai sejarah yang ada di Kota Semarang.